Selasa, 26 Maret 2013

Menanti Metamorfosis Hidupku


Kali ini aku merasakan penyesalan yang sangat pahit, lebih dari penyesalan yang sebelumnya pernah aku rasakan. Dibilang kebal juga tidak, rasanya tetap kecewa atas pilihan-pilihan yang pernah kubuat. Aku hanya berusaha untuk tidak mengeluh, berusaha untuk ikhlas menerima apa yang telah ditakdirkan untukku. Aku selalu meyakinkan diriku bahwa nanti ada suatu masa yaitu saat dimana aku benar-benar bahagia dengan pilihan dalam hidupku, saat dimana aku bisa merasakan kebahagiaan sejati dan tulus dari hati ini, bukan sekedar senyum palsu. Entah kapan saat itu akan terjadi, tapi aku hanya rindu tertawa selepas-lepasnya tanpa adanya suatu beban.
Kebahagiaan yang aku impikan adalah berasal dari hasil usahaku sendiri tanpa ada bayang-bayang orang lain, tahukah kau tentang maksud kalimatku ini. Maksudku kebahagiaan yang aku peroleh bukan berasal dari belas kasihan orang lain. Miris memang jika mengingat pilihan-pilihanku yang diakhiri dengan penyesalan. Sering aku menjalani sebuah pilihan dimana aku merasa itu bukan duniaku. Jadi aku hanya mencoba untuk menikmati pilihanku itu sambil bersabar akan ada suatu yang indah nantinya.
Ya, sugesti itu memang benar-benar aku terapkan dalam hidupku, aku percaya akan sebuah keseimbangan yang ditakdirkan Tuhan. Inilah yang kusebut Teori Keseimbangan Hidup, yang membuatku bertahan untuk terus mensyukuri segala hal, karena dalam hal tertentu aku merasa lebih beruntung dari orang lain. Sebuah teori kepasrahan mungkin lebih tepatnya, dimana ketika aku melihat orang lain mempunyai suatu bakat yang luar biasa sedangkan aku tidak. Aku terkadang mencari keseimbangan orang tersebut. Dia punya bakat hebat namun ternyata dia tidak mempunyai keluarga yang utuh. Nah saat itulah aku merasa bersyukur karena meskipun aku tidak mempunyai bakat sehebat dia, tapi aku mempunyai sebuah keluarga utuh yang harmonis.
Aku bukan orang yang selalu bercerita kepada orang lain setiap aku mempunyai kesulitan, saat aku bisa melakukan hal itu sendiri maka akan kulakukan sendiri. Aku tidak ingin orang lain tahu saat aku sedang kesusahan atau terpuruk, aku tidak ingin mereka melihatku sebagai orang yang lemah. Belakangan aku tahu ternyata ini merupakan sifat yang diturunkan ibu padaku. Namun, aku juga tahu saat dimana aku harus meminta bantuan orang lain.
“Ya Alloh aku percaya Kau lebih tahu apa yang terbaik untukku lebih dari diriku sendiri. Aku percaya rencanaMu indah. Ada hal yang memang sedang Kau persiapkan untukku, aku akan menunggu itu, dan untuk sementara ini aku hanya perlu sabar. Layaknya seekor ulat yang harus berpuasa untuk berubah menjadi kupu-kupu yang cantik”.

0 komentar:

Posting Komentar

Blogroll

TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA SILAHKAN MAMPIR DULU ISI GUEST BOOK YA
 
Aku dan Kisahku Blogger Template by Ipietoon Blogger Template