Merindukan Suasana Masjid...
Banyak
yang menentang saat aku memutuskan untuk pindah kost, dari tempat yang telah
begitu nyaman dengan sahabat-sahabat yang bahkan sudah kuanggap sebagai
keluarga keduaku di perantauan ini. Tak jarang mereka bertanya-tanya kenapa aku
bisa pindah ke sebuah tempat yang jauh dari kampus, bahkan tempat yang jauh
dari keramaian. Ya disini, di tempat ini, tempat yang begitu sunyi namun aku
tak mungkin tak punya alasan kuat hingga memutuskan hal ini.
Hari
pertama disini adalah hari yang begitu berat, sangat berat. Aku tinggal di
sebuah kost bersama dengan pemiliknya. Sedikit kuberikan gambaran disini,
kamarku terletak di lantai dua sedangkan semua keluarga pemilik kost tinggal di
lantai bawah. Di lantai dua terdapat 3 buah kamar, 1 ruang kosong terbuka
(karena tidak terpakai kujadikan dapur kecil), dan 1 ruang kamar mandi.
Ada loteng yang biasanya jadi tempat menjemur pakaian, sekaligus tempat
meneropong bintang..hehe Ya disini ada 3 kamar namun hanya 1 kamar yang
ditempati yaitu kamarku, yang ukurannya cukup luas jika dibandingkan kamar kostku
yang sebelumnya. Tempat yang nyaman, pemilik yang ramah namun begitu sunyi
teman. Tak terlihat hiruk pikuk suasana sekitar kampus yang
dimana-mana terdapat rumah kost berjejeran.
Malam
itu untuk pertama kalinya aku harus melawan semua ketakutanku, melawan
kesunyian itu. Dan aku tahu aku bisa :D. Meskipun sering ketakutan saat
terbangun malam hari, tapi aku bisa mengatasinya. Ah kalau mengingat saat itu
aku sendiri heran aku bisa seberani itu ternyata. Pagi harinya aku terbangun,
saat ada suara indah yang berupa panggilan kepada kita untuk menunaikan
kewajiban, benar itu adalah adzan yang sangat berbeda dari sebelumnya. Terasa
begitu menyentuh dan menggetarkan hati untuk selalu teringat kepada yang Maha
Memberi Hidup.
Atmosfer
yang sangat jauh berbeda dari yang kurasakan di kostku yang lama, meskipun
disana ku menemukan sahabat-sahabat sejati, akan tetapi aku merasa kurang dalam
urusan beribadah karena jauhnya dari tempat mengaji. Aku merasa masih sangat
kurang dan ingin mendekatkan diri kepadaNya dengan segala resiko yang harus
kutempuh. Bahkan ada teman yang pernah bertanya, “Kamu ini aliran apa sih
Ran?”. Aku hanya tersenyum mendengar pertanyaan temanku itu, ketika seseorang
mendekatkan diri pada Tuhannya apakah aneh menurutnya, sedangkan yang melakukan
kejahatan itu dianggap biasa, begitukah? :D
Ingatkah kalian akan salah
satu petikan surat Muhammad ayat 7 “Intansurulloha Yansurkum” Barang siapa menolong
agamanya Alloh, maka Alloh akan menolongmu..
Setelah
beberapa lama disini aku mulai terbiasa, suara anak-anak kecil mengaji, bersama
orang-orang yang melantunkan ayat-ayat Alloh, sholat berjamaah bersama, mengaji
bersama remaja yang lain. Namun ada kalanya aku mengeluh karena kesepian,
berminggu-minggu aku meminta agar diberikan seorang teman dan akhirnya
terwujud. Temanku ini ternyata teman dekatku sendiri, karena suatu hal dia
memilih tinggal di tempat ini bersamaku, Alloh menjawab doaku dan
menghadirkannya untuk menemaniku. :D
Semakin
betah saja aku disini, dengan suasana masjid yang selalu kurindukan. Jadi
teringat nasehat mbahku “Untuk menjadi luar biasa tak hanya dengan usaha yang
biasa, kamu hanya perlu melakukan hal yang tidak normal saat orang lain
melakukan hal normal dan sebaliknya pula” hehe. Ya Alloh mudahkanlah jalanku
ini, ramaikanlah disini dengan orang-orang yang merindukan AsmaMu, yang ingin
mendekatkan diri padaMu. Amin