A. Pendahuluan
Masalah penelitian merupakan titik tolak dari suatu kajian
penelitian, dengan demikian penting tidaknya atau berbobot tidaknya suatu
penelitian sangat ditentukan oleh masalah yang akan dikaji.
Dalam
kehidupan baik secara pribadi maupun bermasyarakat banyak menghadapi berbagai
gejala yang tidak jarang menunjukkan ketidakserasian atau kesenjangan. Gejala
yang tidak serasi atau tidak sesuai itu muncul karena setiap apa yang ingin
dituju atau diwujudkan tidak selamanya dapat terpenuhi. Dengan perkataan lain
permasalahan akan muncul apabila terjadi kesenjangan antara apa yang diinginkan
dan apa yang dapat diwujudkan ataupun apa yang seharusnya dapat dicapai dengan
kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan. Permasalahan semacam itu kemudian
diangkat sebagai permasalahan penelitian (research problems).
Untuk mengawali
kegiatan penelitian, seorang peneliti hendak-nya secara cermat mengidentifikasi
berbagai masalah dan menyelek-sinya, sehingga ia mampu mendapatkan suatu
permasalahan yang baik dan urgen untuk diteliti. Masalah yang baik dan urgen di
sini dimaksudkan bahwa permasalahan tersebut jika berhasil dipecahkan akan
membawa manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan perbaikan dalam
kehidupan kita.
Identifikasi dan seleksi masalah penelitian merupakan
titik awal dalam pelaksanaan penelitian. Kegiatan ini dimaksudkan sebagai
upaya untuk mendapatkan masalah yang
baik untuk diteliti. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang cukup sukar. Tidak
sedikit para calon peneliti menghadapi kesulitan untuk mendapatkan masalah
penelitian yang baik, yaitu masalah yang memang benar-benar penting dan
mendesak untuk diteliti dan memberikan manfaat setelah berhasil dipecahkan,
tidak sedikit para peneliti menghabiskan waktunya untuk membaca berbagai buku
dan artikel di dalam jurnal atau majalah ilmiah, dan mungkin sekali mereka
berkonsultasi dengan para ahli. Jika dalam keadaaan tertentu untuk memilih
masalah terdesak oleh waktu yang terbatas atau diburu untuk segera diajukan,
maka hasil yang didapat biasanya berupa masalah yang kurang berbobot dan sering
hanya merupakan duplikasi masalah yang telah ada.
Untuk mendapatkan masalah yang baik,
langkah pertama adalah mengidentifikasi masalah umum tentang bidang yang dirasa
menguasai sesuai dengan bidang yang ditekuni dan tertarik. Bagi yang menekuni
bidang pertanian, masalah yang menarik misalnya masalah yang berkenaan dengan
tanaman, hama penyakit tanaman, pengolahan tanah, dan sebagainya, Seseorang
yang berkecimpung pada bidang psikologi masalah yang menarik adalah masalah
yang berhubungan dengan perkembangan berfikir anak, minat, bakat dan
semacamnya, Untuk bidang pendidikan, masalah dapat berupa pembelajaran yang efektif pada mata pelajaran
tertentu, rendahnya mutu pendidikan, produktivitas pendidikan, dan semacamnya.
Pada bidang yang ditekuni dan dirasa menarik, seseorang
akan lebih banyak mendapatkan gambaran dan informasi yang penting dari
pengalamannya. Dapat diasumsikan bahwa di dalam bidang keahliannya seseorang akan lebih banyak mencurahkan
perhatian serta lebih menekuni berbagai bacaan untuk menghadapi segala macam
tugas dan memecahkan masalah yang
dihadapinya. Ia akan lebih cermat dan tajam dalam mengamati gejala yang muncul
di dalam kehidupan sesuai dengan bidang
garapannya. Begitu pula ia akan lebih mengejar dan memburu informasi
yang berkaitan dengan dan penting
artinya nagi gejala yang menarik dan sedang dihadapi (problem hunting).
Langkah berikutmya adalah menarik
masalah umum tersebut ke suatu masalah yang lebih spesifik. Perhatian peneliti
mulai difokuskan pada hal yang khusus sehingga secara mendalam dan terinci
dapat diidentifikasi karakteristik tentang apa yang akan diteliti. Spesifikasi
masalah ini memberikan peluang yang
lebih besar untuk mengembangkan model pengukuran atau teknik pengamatan. Hal
ini berarti bahwa kedalaman penelaahan permasalahannya akan dapat dicapai. Secara
metodologis masalah yang akan diteliti hendaknya memiliki criteria: (1) dapat
dipecahkan dengan penelitian empirik; (2) dari pandangan umum hal itu merupakan
masalah yang kritis dan mendesak untuk dipecahkan, (3) Menarik dan/atau sedang
hangat menjadi focus perhatian masyarakat; (4) Memiliki nilai teoritik dan
praktis, dalam arti memiliki manfaat yang luas dan berlaku dalam waktu yang
relatif lama.
Dalam penelitian ilmiah perlu dibedakan
antara permasalahan penelitian (research
problems) dan pertanyaan penelitian (research
questions). Permasalahan penelitian mempunyai ciri: (1) menunjukkan
hubungan antara dua variable atau lebih; (2) dapat dipecahkan secara empirik,
yang berarti dimungkinkan tersedianya data yang dapat digunakan untuk
memecahkan permasalahan tersebut; (3) memiliki lebih dari satu alternatif cara
pemecahannya, se-hingga dimungkinkan disusunnya hipotesis penelitian.
Sedangkan
pertanyaan penelitian pada dasarnya hanya menyangkut suatu variable yang lepas,
namun pertanyaan yang diajukan itu hanya mungkin dijawab jika tersedia data
empirik. Dengan kata lain
untuk menjawab pertanyaan itu perlu
dilakukan penelitian.
Contoh
dalam bidang pendidikan, misalnya adanya gejala yang dapat diamati terjadinya banyak
siswa yang tawuran. Gejala ini merupakan permasalahan yang harus segera diatasi
atau dipecahkan, jika tidak segera diatasi maka akan membawa akibat yang
merugikan. Pertanyaan penelitian: Berapa persen jumlah siswa yang terlibat
tawuran? Untuk menjawab pertanyaan itu peneliti perlu mengumpul-kan data
lapangan untuk menghitungnya. Jadi jawaban
yang diberikan berdasarkan kenyataan yang ada, karena pertanyaan
tersebut tidak dapat dijawab tanpa tersedianya bukti atau data dari lapangan.
Munculnya pertanyaan penelitian didasari oleh ketiadaan informasi atau
ketidaktahuan peneliti tentang informasi yang diperlukan.
Permasalahan
penelitian: Faktor apa yang menyebabkan siswa tawuran? Untuk menjawab atau
memecahkan masalah tersebut perlu dilakukan penelitian. Peneliti dapat
memprediksi berbagai kemungkinan yang menunjukkan faktor penyebab siswa
tawuran. Faktor-faktor yang diajukan itu sifatnya masih hipotetik, apalagi jika
persoalannya telah mengarah pada factor penyebab utama. Untuk meyakinkan
kebenaran jawaban itu perlu dikumpulkan
referensi teoritis dan kajian-kajian penelitian yang relevan.
Munculnya
permasalahan penelitian adalah dari situasi problematik, yaitu situasi yang
kurang cocok dengan yang semestinya atau seharusnya, dan hal itu akan merupakan tentangan bagi seseorang yang
menekuninya atau merasa berkepentingan. Melihat situasi yang tidak serasi dan
menganggu, seseorang yang merasa membidangi senantiasa ingin berusaha
mengatasinya.
Masalah penelitian dapat diperoleh
dari berbagai sumber, antara lain adalah: sumber teoritik, sumber empirik,
informasi dari para ahli.
Sumber teoritik mencakup berbagai
teori dan konsep penelaa-han buku-buku sumber. Makalah yang bersumber dari
telaah teori akan banyak memberikan
sumbangan dalam memperkaya dan mem-perluas khasanah ilmu pengetahuan dan
mempertajam pemahaman aplikasi teori. Dalam banyak hal penelitian yang masalah digali dari sumber teoritik,
pelaksanaannya akan berbentuk penelitian ekperi-mental dan dikategorikan
penelitian dasar (basic research).
Sumber empirik memberikan pengertian
bahwa pengalaman peneliti dapat diformalisasikan ke dalam suatu bentuk masalah yang menurut
pengamatan dan atau penghayatan peneliti hal itu menim-bulkan kekurangserasian.
Termasuk dalam sumber ini umpamanya temuan-temuan penelitian terdahulu. Pada
umumnya penelitian yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah yang brsumber
dari peng-alaman dapat dikategorikan penelitian yang bersifat praktis atau
penelitian terapan. (apllied research).
Tidak sedikit masalah penelitian
didapatkan dari para pakar, umumnya para pakar memiliki wawasan yang cukup luas
dan mendalam sesuai dengan bidang yang ditekuninya, sehingga mereka mampu
menyajikan banyak permasalahan
penelitian yang cukup berbobot untuk diteliti. Sumber lain yang sering banyak
diharapkan adalah dari para pengelola dan atau pengambil keputusan, yang karena
kebutuhannya tidak sedikit masalah yang perlu dipecahkan demi tercapainya suatu
usaha pengembangan dan atau pembangun-an. Penelitian yang masalahnya bersumber
dari para pengelola ini disebut penelitian kebijakan dan pada umumnya merupakan
penelitian pesanan. Hasil pemecahan masalah yang diajukan pada dasarnya akan
digunakan untuk mendukung keberhasilan pelaksa-naan kebijakan yang telah
ditetapkan.
Baik masalah yang didapat dari
sumber teoritik, empirik, ataupun sumber lain, dalam menetapkan proses
pelaksanaan peneli-tiannya harus selalu mengingat: (1) tingkat kemampuan
peneliti (baik kemampuan bidang kajian yang akan diteliti maupun kemampuan metodologisnya),
(2) tersedianya sumber dana, dan (3) tersedianya waktu dan tenaga.
D. Perumusan Masalah Penelitian
Setelah
peneliti berhasil menemukan fokus masalah yang
merupakan spesifikasi masalah yang akan diteliti, tugas yang perlu
dikerjakan adalah meyakinkan kepada fihak lain bahwa masalah yang diajukan itu
memang bertul-betul masalah yang urgen untuk dipecahkan. Untuk maksud ini
peneliti berkewajiban memberikan uraian
yang tujuannya memberikan penjelasan (nalar dan argumen-tasi) tentang munculnya
masalah tersebut. Uraian pendukung masa-lah ini diwujudkan dalam bentuk kajian
berbagai teori atau bukti-bukti empiris
atau hasil penelitian yang relevan, sehingga dengan dukungan ini fihak lain menjadi yakin bahwa masalah
penelitian itu penting untuk dikaji atau dieliti. Perlum diingat isi uraian
yang melatarbelakangi rumusan masalah penelitian tersebut hendaknya menunjukkan
bahwa jika masalah yang diajukan terse-but
berhasil dipecahkan akan membawa dampak positif, baik sifatnya
institusio-nal maupun tidak. Sebaliknya perlu diyakinkan pula bahwa apabila
masalah tersebut tidak segera diatasi, hal itu akan berakibat me-nganggu
keseimbangan kehidupan suatu institusi atau kehidupan masyarakat, begitu pula
mungkin dapat mengganggu perkembangan
ilmu pengetahuan.
Setelah
spesifikasi masalah berhadil diketemukan, langkah berikutnya adalah merumuskan
masalah tersebut sejelas mungkin. Hal-hal yang perlu diingat dalam merumuskan
masalah adalah:
1. Masalah sebaiknya dirumuskan dalam
kalimat bertanya.
Pernyataan ini mengandung makna bahwa
masalah penelitian dapat juga disajikan dalam kalimat berita, misalnya jumlah
pengangguran mencapai 35%. Pernyataan
ini adalah pernyataan problematik. Maksudnya adalah nahwa besarnya pengangguran
sudah cukup tinggi dan itu dapat mengganggu kehidupan sosial, jika hal ini
tidak diatasai besar kemungkinan akan menimbulkan masalah baru yang akan
merugikan kehidupan masyarakat. Pernyataan problematik seperti contoh di atas
merupakan peng-ungkapan keadaan nyata bukan imaginasi. Berangkat dari
per-nyataan ini peneliti dapat bergerak ke arah mencari sebabnya atau
memprediksi akibat yang ditimbulkannya. Apabila peneliti bermaksud mencari
sebabnya, agar dalam mengajukan alternatif pemecahan sehubungan dengan
banyaknya pengangguran itu secara realistis dan praktis, maka peneliti dapat
menduga penye-bab utama yang relevan dengan terjadinya pengangguran. Pengertian
relevan di sini mengandung maksud bahwa dugaan yang diajukan peneliti telah
dipikirkan secara masak berdasarkan pengalaman, telaah pustaka, dan atau
berbagai informassi yang pernah diterima. Namun demikian dugaan yang diajukan
perlu diyakinkan dengan dukungan teoritik dan hasil-hasil penelitian yang
relevan.
Berdasarkan
contoh di atas, misalnya peneliti menyatakan bahwa pengangguran disebabkan
oleh:
a. produk
pendidikan kurang berkualitas;
b.
perkembangan
penggunaan teknologi baru di dalam kehidupan
- sikap tenaga
kerja,
- menurunnya
pertumbuhan ekonomi, dan sebagainya.
Maka
dapat dijelaskan bahwa ketidakseimbangan antara jumlah tenaga kerja yang
tersedia dan pasaran kerja yang mampu menampungnya secara teoritik dapat
terjadi. Jika demikian dugaan peneliti, maka akan melahirkan berbagai
alternative jawaban atas masalah yang dihadapi. Alternatif jawaban itu
masing-masing memiliki nilai kebenaran. Alternatif jawaban yang mempunyai
tingkat kebenaran yang paling tinggi, umumnya oleh peneliti diangkat menjadi
hipotesis penelitian. Dengan demikian, peneliti yang berkehendak mencari sebab
terjadinya pengangguran dapat mengajukan masalah penelitian yang rumusannya
berbunyi: Faktor apa yang terutama menyebabkan terjadinya pengangguran?
Apabila
sebab terjadinya pengangguran menurut dugaan peneliti yang paling kuat adalah
produk pendidikan kurang berkualitas, maka secara teoritik peneliti dapat
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kualitas produk pendidikan dan jumlah
penganggur. Pernyataan hipotetik ini mendorong peneliti untuk mengujinya, dan
oleh karena itu rumusan permasalahannya dapat dimodifikasi menjadi: Apakah ada
korelasi antara kualitas produk pendidikan dan jumlah pengangguran? Rumusan
masalah yang besifat korelatif itu mengandung makna yang mendassar bahwa jika
penelitian nanti dihasilkan korelasi yang positif antara kualitas produk
pendidikan dan jumlah penganggur, hasil tersebut akan memberik bukti bahwa
masalah pengangguran itu disebabkan oleh
produk pendidikan yang kurang berkualitas.
2.
Masalah
penelitian menggambarkan adanya hubungan antara dua variable atau lebih.
Rumusan
yang demikian mengandung pengertian bahwa fenomena yang satu terkait dengan
fenomena yang lain. Misalnya seperti contoh di atas, fenomena banyaknya produk
pendidikan yang tidak berkualitas
berkaitan dengan banyaknya tenaga kerja yang menganggur. Contoh lain
misalnya tentang kesuburan tanaman. Sebatang tanaman yang subur merupakan
fenomena yang berkaitan dengan fenomena lain, umpama pemberian pupuk,
pemberian air, sinar matahari, dan sebagainya. Hubungan ini dapat menimbulkan
gejala yang bersifat berpengaruh dan dapat pula memberikan arti yang
menimbulkan gejala perbedaan. Pada dassarnya pengaruh dn perbedaan dapat diuji
dengan cara yang sama dengan demikian kedua gejala pada kejadian tertentu
bermakna sama.
3.
Masalah
harus dirumuskan secara spesifik dan dapat dipecahkan secara empirik.
Perumusan
masalah yang kurang spesifik akan sulit dilakukan pemecahannya. Oleh karena itu
perlu diusahakan rumusan yang belum spesifik dipegah lagi sehingga bermaksa
tunggal dan spesifik. Pemecahan secara empirik dimaksudkan ada
bukti yang
diperoleh dari pengalaman lapangan.
4. Hindarkan pengajuan masalah yang bersifat philosofis
dan menyangkut etik atau moral.
Pemecahan
masalah yang bersifat philosofis dan etik secara operasional akan sukar
dilakukan. Namun dalam bidang tertentu, umpamanya bidang filsafat dan
bimbingan penyuluhan, penelitian untuk masalah seperti itu mungkin perlu dilakukan.
E. Pertimbangan Dalam Menentukan Masalah
Penelitian
Ada dua hal yang perlu dipertimbangkan
dalam memilih masalah penelitian, yaitu: (1) Kualitas permasalahan, dan (2) Kemungkinan konseptualisasi dan
verifikasinya. Kualitas permasalahan dapat dilakukan dengan mengajukan beberapa
pertanyaan berikut:
1. Apakah hubungan antar variabel yang
dipermasalahkan itu mempunyai nilai sumbangan berarti baik secara teoritis
maupun praktis?
2. Apakah hubungan antar variabel itu benar-benar
merupakan masalah yang riil dan dirasakan, atau dipaksakan untuk diangkat
permasalahan baik, dilihat dari kaca mata teoritis maupun praktis?
3.
Apakah
masalah yang diteliti itu benar-benar sesuatu yang baru ataukah sekedar
pengulangan dari peneliti sebelumnya atau dari penelitian di tempat lain?
4.
Apakah masalah yang diteliti
itu memiliki referensi teori yang jelas atau tidak?
Sedangkan
tentang konseptualisasi dan verifikasinya dapat dilaku-kan penjajagan dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1.
Apakah konsep yang
dikaji dalam penelitian tersebut memiliki batasan dan definisi yang jelas atau
tidak?
2.
Apakah
konsep-konsep itu mengandung dimensi-dimensi operasional yang dapat diamati dan
diukur atau tidak?
3.
Apakah cukup jelas
atau tidak gambaran formulasi hipotesis yang akan diuji dari masalah yang
dikaji?
4.
Apakah tersedia
atau tidak sumber-sumber data dari masa-lah yang akan dikaji?
5.
Apakah cukup jelas
atau tidak alat dan cara pengukuran untuk memperoleh data penelitian?
6.
Apakah jelas atau
tidak gambaran teknis analisisnya setelah dilakukan pemrosesan data?
Pertimbangan
subyektif peneliti dalam memilih masalah pada dasarnya berkenaan dengan minat
dan kelengkapan yang dimiliki oleh peneliti itu sendiri. Hal tersebut dapat
dijajagi dengan mengaju-kan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1.
Apakah masalah yang
dikaji benar-benar sesuai dengan minat peneliti?
2.
Apakah masalah yang
dikaji tesebut sesuai dengan keahlian atau spesialisasi peneliti?
3.
Apakah
perbendaharaan teoritis tentang masalah yang dikaji dimiliki secara memadai?
4.
Apakah cukup memadai
perbendaharaan tentang hasil peneli-tian lain yang relevan dengan masalah yang
dikaji?
5.
Apakah waktu,
tenaga, dan biaya yang digunakan untuk mela-kukan penelitian ini terjangkau
oleh peneliti?
Sumber : Materi Mata Kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan
oleh : Drs.Ngabiyanto (Dosen PKn FIS Universitas Negeri Semarang)