Rabu, 10 April 2013

Kualitas Pemimpin Tergantung Kualitas Pemilih


               Setujukah anda jika mendengar judul di atas ini? Setiap orang pastinya akan mempunyai perspektif sendiri tentang setuju atau tidaknya jika kualitas pemimpin kita tergantung pula dari kualitas pemilihnya. Bicara mengenai demokrasi, terutama yang terjadi saat ini di negara kita dimana salah satu implementasinya adalah dengan diadakannya pemilihan langsung oleh rakyat, sebagai contohnya adalah tentang pemilihan langsung kepala daerah ( pilkada ). Dengan diadakannya pilkada ini tentunya dinilai sangat demokratis, karena rakyat yang dianggap lebih dekat dengan calon pemimpinnya dapat memilih sendiri calonnya. Padahal demokrasi sebenarnya hanya menjanjikan akuntabilitas namun tidak menjanjikan efektifitas, efisiensi dan kesejahteraan. Jadi, benarkah calon yang dipilih oleh rakyat merupakan calon yang berkualitas yang bisa mengantarkan rakyat pada kesejahteraan? Sepertinya tidak selalu calon yang terpilih adalah yang baik, malah terkadang yang terjadi justru sebaliknya. 

            Dalam mata kuliah otonomi daerah yang saya ikuti, dosen saya pernah bercerita tentang suatu pemilihan kepala desa di desa x. Diantara para calon terdapat calon yang sangat diunggulkan karena memang dia dinilai mampu dalam memimpin desanya. Setelah penghitungan suara usai, ternyata hasilnya sangat mengejutkan justru calon yang diunggulkan tadi kalah dalam pemilihan, dan calon yang undergo atau tidak diperhitungkan justru yang menang. Saat beberapa orang dari desa sebelah bertanya mengapa terjadi hal yang demikian, ternyata ada seseorang yang mengatakan bahwa jika desanya dipimpin oleh orang yang pintar maka nanti akan terlalu banyak kegiatan seperti sering kerja bakti atau sering mengadakan rapat-rapat. Betapa ironisnya kejadian ini, karena pemikiran para warganya yang sangat sederhana tadi, bagaimana desanya ingin maju jika warganya saja seperti cerita di atas.
            Hal inilah yang sering terjadi dalam pilkada, dimana golongan grassroot yang merupakan masyarakat yang diidentifikasikan dengan pendidikan rendah, ekonomi lemah dan status masyarakat tradisional merupakan masyarakat mayoritas dalam struktur kelas politik kita. Golongan inilah yang sering diburu oleh para calon pemimpin ketika sedang marak-maraknya pemilihan umum karena golongan ini cenderung mudah untuk dipengaruhi dan dianggap tidak terlalu kritis terhadap penguasa. Melihat realita saat ini dimana banyak pemimpin yang kita pilih justru tidak dapat menyampaikan aspirasi rakyat sepenuhnya, namun mereka lebih senang memperkaya dirinya dengan melakukan korupsi dan lain-lain.
            Lantas bagaimana solusinya, dalam hal ini saya mungkin setuju jika sebaiknya kepala daerah dipilih saja oleh DPRD. Meskipun dalam hal ini tetap saja ada kepentingan-kepentingan politik di dalamnya, namun setidaknya tidak membutuhkan biaya yang begitu besar seperti yang digunakan dalam pilkada. Dana yang besar tadi bisa dimanfaatkan lebih baik untuk keperluan rakyat. Sehingga tidak ada lagi cerita tentang pemimpin yang korupsi akibat membiayai hutang-hutangnya yang sebelumnya dia gunakan untuk membiayai dana kampanye yang begitu besar. Besar harapan kita agar pemimpin kita adalah pemimpin yang benar-benar dapat mewakili kepentingan rakyatnya.

Blogroll

TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA SILAHKAN MAMPIR DULU ISI GUEST BOOK YA
 
Aku dan Kisahku Blogger Template by Ipietoon Blogger Template